ad728

NIKMATNYA KEPERAWANANKU DI RENGGUT TOTONG BESAR


Kuliah pertama hari ini dosennya killer banget, namanya Pak Sundjata, Ia benar-benar takut samaPak Sundjata. Namanya saja sudah Sundjata, bagaimana senjatanya. Finally, mereka harus bolos
kuliah. Itu lebih baik, daripada mereka harus dihukum menyalin tugas statistik tujuh kali.

“Ya udah deh, aku mandi dulu. Kau juga Del, nanti masuk angin” kata Ayu sambil segera masuk ke
kamarnya dgn lemas.

Delima benar-benar merasa bersalah. Seharusnya ia tak terkemudian lama memilih-milih bra tadi, tapi
Delima memang paling senang pilih-pilih underwear. Bisa dikategorikan bahwa Delima seorang
kolektor underwear. Akibatnya mereka harus mengejar waktu menembus hujan yg cukup deras,
tapi nyatanya tetap harus terlambat. Untuk menebus kesalahannya itu Delima memasakkan mie
goreng untuk Ayu. Ayu gemar banget sama mie goreng, dan itu merupakan senjatanya untuk
meminta maaf kepada Ayu.

Delima tak peduli keDelginan. Tanpa harus mandi dulu, ia sudah menggorengkan mie untuk Ayu.
Kemudian Delima segera membawa mie goreng “made in” dirinya ke kamar Ayu. Ayu kaget ketika
Delima tiba- tiba masuk ke kamarnya begitu saja. Pasalnya Ayu belum selesai memakai bajunya. Ia
masih bertelanjang dada. Untung bagian paling sensitifnya sudah ‘diamankan’ sebelum Delima
masuk tadi.

Delima juga tak kalah kagetnya. Ia sampai terbengong-bengong memandangi pemandangan indah yg
terhampar di depan matanya. Kedua bukit kembar Ayu membusung di depannya. Sekal membulat
sedikit berlebihan untuk badannya yg agak kurus. Kedua bola mata Delima yg bening nanar
memandangi kedua daging kecil coklat kemerah-merahan yg bertengger di kedua ujung bukit
kembar itu. Darah Delima bagai disiram air hujan, Delgin menggigil. Ia terbayg beberapa adegan blue
film yg pernah ditontonnya.

Hujan semakin deras di luar. Petir mengelegar memekakkan telinga. Delima tersentak
mendengarnya.

“Ah, maaf Yu. Aku tak sengaja. Ini mie goreng untukmu. Makanlah selagi hangat,” kata Delima sedikit
gugup.

Diletakkannya sepiring mie goreng itu di meja rias. Delima segera berbalik hendak pergi tapi urung
karena Ayu memanggilnya.

“Del, aku masuk angin. Kamu mau kerokin kan aku?” pinta Ayu.

Mulanya Delima ingin menolak. Dia takut birahinya muncul dan salah tempat karena Ayu dan Delima
sejenis. Tapi melihat wajah memelas Ayu, perasaan bersalah Delima kembali muncul. Bagaimanapun
juga Delima yg menyebabkan Ayu jadi masuk angin. Akhirnya Delimapun bersedia menuruti
permintaan Ayu.

“Sebentar aku ambilkan balsemnya,” ujar Delima segera keluar kamar Ayu.

Tapi ternyata Ayu menyusul Delima. Ayu berfikir di kamar Delima juga tak apa-apa, sama saja.
Maka dgn cuma mengenakan CD-nya Ayu masuk ke kamar Delima. Tentu saja Ayu tak perlu
khawatir karena mereka cuma berdua di rumah itu saat ini.

“Disini saja, Del.” kata Ayu membuat Delima terkejut tak menygka Ayu akan menyusul ke kamarnya.
Ayu menelungkupkan badannya diatas ranjang. Kemudian Delima duduk di tepi ranjang untuk mulai
mengerokin kulit punggung Ayu. Tapi niat itu urung dgn tiba-tiba. Jemari Delima menyentuh kulit
punggung Ayu sekilas. Kulit punggung Ayu halus sekali.

Punggung Ayu yg agak kecoklat-coklatan nampak belang di bagian yg biasa tertutup tali bra. Tanpa
sadar Delima menyentuhkan jari telunjuknya menyusuri bagian punggung Ayu yg belang itu. Dari
punggung atas teruuss menyamping. Ayu yg merasa kegelian membalikkan badan. Pada saat itulah
tanpa sengaja jari telunjuk Delima menyentuh buah dada kiri Ayu.

“Kenapa, Del?” tanya Ayu sedikit mengatupkan mata menahan rasa merinDelg di badannya.
“Kulitmu halus sekali.”ujar Delima dgn nafas tersendat.
Mata Delima kembali tertuju pada bukit kembar yg terpampang di depannya.
“Milikmu besar sekali.” lanjut Delima.
“Kamu sudah pernah ML (make love) ya?”
“Siapa bilang? Ini keturunan.”, jawab Ayu sambil sedikit mengangkat bukit kirinya ke atas, bagaikan
menantang setiap tangan untuk memegangnya.

Birahi Delima yg mulai terbakar dan imbas dari kehujanan tadi membuat Delima menggigil.
Kemudian dilepaskannya kaosnya yg sudah agak kering. Tersembulah dua bukit kembar Delima yg
masih terbalut kain bra. Dua bukit yg sebenarnya agak kecil itu terlihat lebih besar dari ukuran
sebenarnya karena menegang menahan birahi Delima yg mulai meluap. Entah mengapa Ayu menjadi
senang ketika Delima melepas kaosnya.

“Milikmu juga besar Del.” kata Ayu.
Delima memandangi kedua bukit yg masih tertutup kain itu
“Coba aku buka ya” pinta Ayu.

Ayu menempelkan badannya ke badan Delima untuk membuka pengait bra di punggung Delima
sehingga Delima mudah untuk melepaskannya. Mata Ayu berbinar-binar memandangi dua bukit
kembar ukuran 32 milik Delima itu. Walau sedikit lebih kecil dari miliknya, tapi milik Delima itu
nampak lebih ranum. Tentu saja itu karena birahi Delima yg mulai bergolak. Tiba-tiba Delima
melepaskan klok yg dipakainya. Sesekali gerakannya tersendat. Kini mereka berdua sama. Cuma
memakai CD tanpa penutup lain.

“Yuu.. aku rasanya mau..” suara Delima mendesah
“Mau apa?” tanya Ayu dgn tatapan menggoda.
“Aku tak bisa menahannya Yu..” suara Delima makin mendesah.

Tahulah kini Ayu apa yg diinginkan Delima. Ia segera menarik tuduh Delima merebah. Kemudian
dirabanya dada Delima perlahan dan lembut. Diresapinya kehalusan kulit Delima senti demi senti.
Disentil-sentilnya puting buah dada Delima setiap kali jemari Ayu menyentuhnya. Dada Ayu
bergemuruh, nafasnya naik turun. Sedang Delima tersengal-sengal menikmati setiap sentuhan Ayu.

“Yu.. ooh.. Delginn..”
“Del.. kamu menggairahkan banget.. aku.. juga mau..”

Ayu mulai gelap mata. Kini ditindihnya badan Delima. Bibir Ayu menyentuh bibir Delima. Dilumatnya
bibir bawah Delima dgn rakus, dihisap dan digigit-gigit kecil. Dipermainkannya lidah Delima dgn
lidahnya hingga membuat Delima berkerjap-kerjap. Bukit kembar mereka saling menghimpit.
Keduanya nampak seperti kembar siam saja, saling menempel dan melumat. Delima menggesek-
gesekkan kemaluannya pada kemaluan Ayu berirama. Sedangkan kedua tangannya telah meremas-
remas kedua bokong Ayu yg semok dan sekal. Nafas keduanya semakin memburu menikmati apa yg
belum pernah sekalipun mereka rasakan.

“Ahgh.. Yu.. enak.. teruus aahh” rintih Delima di sela-sela cumbuan Ayu.
Bibir Ayu turun menjilati leher Delima yg jenjang dan memberikan gigitan-gigitan kecil sehingga
nampak noda merah di beberapa tempat di leher Delima. Gejolak birahi Delima yg telah bergolak
bagai tak bisa dibendung menyambar-nyambar bagai kilat di sore itu. Dibalikkannya badan Ayu
sekuat tenaga.

Kini posisi mereka berbalik. Delima yg berbadan lebih besar menghimpit badan Ayu. Tanpa banyak
pikir diremasnya bukit kembar Ayu bergantian. Makin lama semakin keras. Ayu meringis menahan
sakit. Kemudian Delima memasukkan puting merah kecoklat-coklatan itu ke dalam mulutnya. Di
dalam mulutnya Delima meniup dan menghisap daging kecil itu. Dijilatinya beberapa bagian yg bisa
digapai oleh lidahnya. Kemudian digigit-gigitnya gemas daging yg sudah sangat keras itu.

“Achh..” teriak Ayu kesakitan.
Ayu membenamkan kepala Delima ke dadanya yg semakin dibusungkan. Ayu benar-benar melayg.
Manakala jemari Delima mulai meraba-raba isi dibalik CD-nya. CD itu telah basah bermandikan lendir
yg berasal dari lubang kemaluan Ayu. Delima meraba-rabanya. Tangannya kini telah menelusuri
setiap lekuk bukit belah yg berumput basah itu. Disentilnya sesekali ketika cemarinya menyentuh
daging kecil yg tersembul di antara belahannya.

“Ehh.. nikmat sekali Del.. teruss lakukan teruss.. ehh” Ayu mengerang kenikmatan.

Delima tak banyak bicara. Ia cuma mendengus-dengus memburu sambil terus mengulum puting susu
Ayu. Ditekannya kemaluan Ayu dgn telapak tangannya. Tersembur cairan kental dari lubang
kemaluan Ayu yg kini menempel di tangannya. Delima menghentikan kulumannya. Dilihatnya
telapak tangannya yg basah oleh cairan dari lubang kemaluan Ayu itu. Dijilatnya cairan itu. Tak
berasa.

“Kenapa berhenti, Del?” kata Ayu kesal.
“Ikuti petunjukku Ayu,” pinta Delima.

Delima segera melepas CDnya. Kini ia dalam keadaan telanjang bulat. Tak selembar kainpun
membalut badannya. Dilemparkannya CD yg telah basah itu entah kemana. Kemudian dilepasnya
pula CD milik Ayu. Ayu membantu dgn meregangkan selangkangannya. Kini mereka telah sama-sama
polos seperti bayi.

Delima kini berganti posisi tidur. Badannya masih tetap menindih badan Ayu. Tapi mukanya kini
sudah berada di atas selakang Ayu. Dan wajah Ayupun sudah berada di bawah selakang Delima.
Delima memulainya dgn menciumi kemaluan Ayu. Kemudian lidahnya mulai bermain-main di
rerumputan yg telah basah itu.

Ayu bagai diperintah mengikuti semua yg dilakukan Delima. Disapunya semua bagian kemaluan
Delima yg ditumbuhi bulu-bulu yg agak jarang. Dijilat-jilatnya klitoris Delima kemudian dihisapnya
agak kuat. Delima mendesis-desis kegelian. Kemudian dilakukannya hal serupa pada kemaluan Ayu
membuat Ayu bergelinjangan. Ditekan-tekannya kembali kemaluan Ayu dgn telapak tanggannya.
Suur.. cairan kental itu kembali keluar. Dijilatinya DelDelg kemaluan Ayu sehingga membuat Ayu
semakin terlena.

Tiba-tiba Delima melihat lubang berwarna coklat kemerah- merahan yg agak terkatup. Dijilat-jilatnya
lubang itu, Ayu bergelinjangan. Delima terus menjilatinya sambil mengingat-ingat salah satu blue
film yg pernah ditontonnya. Mungkin lubang inilah yg dimaksud. Lubang yg sering disodok oleh
kemaluan kalau ingin mendapatkan kepuasan tertinggi. Mata Delima berbinar-binar. Ia berguling ke
samping, kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Ayu.
“Aku akan membawamu terbang, Yuu..”

Ayu mengangguk pasrah. Yg terpenting baginya adalah menikmati permainan Delima selanjutnya.
Delima meraih sebatang wortel dari rak sayur di bawah meja. Kemudian ditekuknya siku kaki Ayu
dgn posisi agak mengangkang sehingga kepala Delima mudah mencumbu kembali bagian terpeka
Ayu itu. Dgn perlahan ditusukkannya ujung wortel itu ke dalam lubang kemaluan Ayu. Ayu merintih-
rintih kesakitan. Kemaluannya terasa panas dan nyeri. Tapi Delima terus mendorongnya ke dalam.

“Aaahh..” Ayu menjerit badannya terduduk seketika.

Matanya liar memandangi benda apakah gerangan yg telah membuatnya merasa kesakitan. Darah
segar menyembur, keperawanan Ayu telah amblas. Delima menarik keluar batang wortel itu, tapi
belum sampai keluar sepenuhnya, sudah dimasukkan kembali. Mata Delima mengerjap-ngerjap.
Sedang Ayu memandangi batang wortel yg keluar-masuk lubang keperawanannya dgn nafas
menghentak-hentak. Ada rasa nikmat di antara rasa nyeri di lubang kewanitaannya.

Kemudian direbutnya batang wortel itu dari tangan Delima. Dimasukkannya ujung wortel itu lebih
dalam dgn tangganya sediri. Matanya terpejam menikmati kenikmatan yg luar biasa. Delima yg
merasa kelelahan tergeletak bersimbah keringat.

Hatinya bergemuruh mengenang yg barusan terjadi. Ada apa dgnnya? Apakah dia sudah menjadi
seorang lesbi? Ah, tak! Ia masih normal! Hati Delima berontak. Ia segera berlari keluar kamar
sebelum Ayu kembali memburunya dgn batang wortel yg masih bersimbah darah keperawanan Ayu.


Posting Komentar

0 Komentar